SELAMAT DATANG

Mari berkata seenak jidat indahku

Wednesday, June 11, 2014

Gelap

Lelah, lalu aku terpejam. Memandang gelap di balik kelopak. Gelap yang berbayang cahaya lampu kamar di pojokan. Semakin lama semakin gelap.

Lalu muncul titik-titik putih yang berenang-renang di balik kelopak. Titik putih yang selalu berenang menjauh ketika pandanganku tertuju padanya. Ada banyak titik putih bertebaran, namun tak satupun yang dapat kutangkap. Lucu sekali.

Aku terlalu asik mengejar mereka. Menyenangkan. Seolah dunia luar bukan apa-apa, tak penting sama sekali. Memang tak penting.

Hingga lama aku tak membuka mata. Aku terlalu nyaman dalam kegelapan bertebar titik putih. Tak ada yang mengancam disini. Sungguh damai.

Akhirnya aku mencapai satu keputusan bulat dan mutlak.
Aku bertekad tak akan membuka mata lagi.

Mks, 11/6/2014

Friday, June 14, 2013

Tuan dan Nyonya

Seperti Nyonya yang menunggu Tuan dari berbisnis, di tempat pelacuran.


Sang Nyonya menunggu sambil duduk menghisap cerutu, hanyut dalam renung sambil memandang dinding batu. Lalu sang tuan pulang, dengan rambut yang berantakan dan baju yang penuh gincu. Mabuk sempoyongan. Nyonya pun senang Tuannya pulang. Tersenyum, ia memeluk suaminya dan mengantarnya ke tempat tidur. Ia menutup mata pada kenyataan bahwa suaminya telah bermain dengan banyak pelacur. Ia tak mau tau dan lebih memilih untuk menghisap cerutu. Ia hanya melihat suaminya sebagai seorang setia yang bekerja hingga larut demi dirinya. Dengan merasa begitu, Sang Nyonya pun bahagia dan tak perlu bermuram durja.


"kebahagiaan hanyalah mengenai sudut pandang," kata Sang Nyonya.


Published with Blogger-droid v2.0.4

Saturday, April 6, 2013

Pohon

Pemikiran ini semacam tunas, yang tumbuh subur dari waktu ke waktu. Aku tak bisa membiarkannya mati, maka aku menyiraminya setiap hari. Dengan ketidak-tahuanku, tentu saja. Lalu tunas tumbuh menjadi pohon kecil, dan pohon kecil tumbuh menjadi pohon besar.

Cepat sekali.

Pohon ini tumbuh memenuhi otakku, hingga aku tak punya ruang lagi. Aku panik, pohonnya terlalu besar. Dan semakin besar, semakin besar. Aku berusaha menghentikan pertumbuhannya, tapi tak bisa. Pohon ini terlalu nyaman untuk bisa mati. Terhimpit pohon sebesar itu, otakku memberi perintah untuk melompat.

Dari gedung.

Sehingga jantungku berhenti dan si pohon berhenti tumbuh.

Akhirnya ia berhenti tumbuh, begitu pun aku.

Published with Blogger-droid v2.0.4

Saturday, December 8, 2012

Jangan Marah

Kepalaku cepat panas, cepat dingin.

Saat panas, kamu ribut mengguyurnya dengan air, agar cepat dingin.

Lalu ketika menjadi sedingin es, kamu sibuk membungkusnya dengan selimut, agar hangat kembali.

Sudah jangan bingung, diamkan saja agar kamu tak merasa lelah.

Duduk-duduk saja dulu.

Sebentar lagi, pasti kepalaku mencari tubuhnya sendiri.


Sabar ya, jangan marah.


Published with Blogger-droid v2.0.4

Saturday, November 24, 2012

Angin

Aku terbawa angin, melayang di atas hutan. Lalu oleh angin, aku dan kamu bertemu. Maka kita pun ada.


Kita ada di dahan pohon, menyelusup gesit melewati daun.

Kita ada di atas genangan air, yang muncul setelah hujan.

Kita ada di setiap pantai di pesisir sana, di antar oleh ombak.

Lalu kita terbawa angin, hingga menabrak tebing.

Sekali kita belajar jatuh, maka yang kedua tak akan sesakit itu.


Aku diam. Kamu diam. Lalu yang terdengar hanya desau angin yang pernah membawa kita.


Published with Blogger-droid v2.0.4